Intiland Raih Pendapatan Usaha Rp888 Miliar di Triwulan I 2019
Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) melaporkan hasil pencapaian kinerja keuangan sepanjang triwulan I tahun 2019. Berdasarkan hasil laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2018, Perseroan membukukan pendapatan usaha Rp887,6 miliar, atau naik sebesar 25 persen dibandingkan triwulan I 2018 yang mencapai Rp709,2 miliar.
Archied Noto Pradono Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland menjelaskan, pertumbuhan pendapatan usaha terutama berasal dari peningkatan pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan mixed-use & high rise. Peningkatan tersebut seiring dengan progres penyelesaian sejumlah proyek mixed-use & high rise di Jakarta dan Surabaya, seperti Fifty Seven Promenade, Graha Golf, dan The Rosebay.
“Pembangunan beberapa proyek mixed-use & high rise akan selesai tahun ini. Kami berharap pasar properti dapat tumbuh positif dan minat beli konsumen dan investor cepat kembali pulih,” kata Archied.
Archied menjelaskan bahwa pendapatan usaha Intiland selama ini ditopang dari empat segmen pengembangan. Selain bersumber dari pengembangan mixed-use & high rise, pendapatan usaha perseroan juga diperoleh dari kawasan perumahan, kawasan industri, dan properti investasi.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat sebagai kontributor pendapatan usaha terbesar mencapai Rp523,4 miliar atau 59 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha tersebut melonjak 165% dibandingkan triwulan I tahun lalu sebesar Rp197,4 miliar.
Kontributor terbesar selanjutnya berasal dari segmen properti investasi yang mencatatkan pendapatan usaha Rp157,1 miliar atau 18 persen dari keseluruhan. Segmen yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (reccuring income) ini meningkat 13 persen dibandingkan triwulan I 2018 sebesar Rp138,5 miliar.
Dari segmen pengembangan kawasan perumahan, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp144,7 miliar, atau 16 persen dari keseluruhan. Perolehan dari segmen ini mengalami penurunan 61 persen dibandingkan Rp373,3 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan usaha berikutnya bersumber dari pengembangan kawasan industri yang menyumbang Rp62,4 miliar atau 7 persen dari keseluruhan. Kontribusi pendapatan dari segmen ini berasal dari penjualan lahan industri yang dimiliki perseroan di Ngoro Industrial Park, Mojokerto, Jawa Timur dan pergudangan di Aeropolis.
“Secara umum pendapatan usaha meningkat, baik yang berasal dari development income maupun reccuring income. Kontributor terbesar masih dari development income yang mencapai Rp730,5 miliar atau 82 persen dari keseluruhan,” ungkap Archied lebih lanjut.
Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) bagi perseroan memberikan kontribusi sebesar 18 persen atau senilai Rp157,1 miliar. Perolehan tersebut naik sekitar 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar RpRp138,5 miliar.
“Kontribusi recurring income mengalami peningkatan terutama ditopang oleh naiknya pendapatan dari pengelolaan sarana dan prasarana, perkantoran sewa, dan kawasan industri. Kami percaya kontribusi recurring income akan terus meningkat, seiring dengan penyelesaian beberapa proyek pengembangan mixed-use,” kata Archied.
Meningkatnya pendapatan usaha secara langsung memberi pengaruh positif terhadap kinerja profitabilitas. Di triwulan I tahun ini, perseroan berhasil membukukan laba kotor Rp313 miliar dan laba usaha Rp156,2 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, masing-masing meningkat sebesar 10,4 persen dan 13,4 persen.
Namun demikian, kendati laba kotor dan laba usaha tumbuh secara positif, namun laba bersih perseroan mengalami penurunan. Perseroan mencatatkan perolehan laba bersih Rp48,4 miliar, turun dibandingkan triwulan I 2018 sebesar Rp112,8 miliar.
“Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya beban bunga di tiga bulan pertama tahun ini,” ujarnya lebih lanjut.
Marketing Sales
Perseroan juga melaporkan hasil kinerja penjualan sepanjang triwulan I 2019. Dalam tiga bulan pertama tahun ini perseroan meraih pendapatan penjualan (marketing sales) senilai Rp254,2 miliar, atau sekitar 10,2 persen dari target tahun ini sebesar Rp2,5 triliun.
Penjualan dari segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat mendominasi dengan kontribusi sebesar Rp175 miliar, atau 69 persen dari keseluruhan. Penjualan terbesar dari segmen ini berasal dari dua proyek perumahan yakni Graha Natura di Surabaya dan Serenia Hills di Jakarta Selatan.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise berhasil membukukan marketing sales Rp79,2 miliar atau 31 persen. Kontribusi terbesar berasal dari penjualan apartemen 1Park Avenue di Jakarta dan The Rosebay di Surabaya.
Ditinjau berdasarkan lokasi proyeknya, menurut Archied, penjualan dari proyek-proyek di Jakarta mencapai Rp136,2 miliar atau 54 persen dari keseluruhan. Sisanya sebesar Rp118,1 miliar atau 46 persen berasal dari penjualan proyek-proyek yang berlokasi di Surabaya.
“Pasar properti belum juga pulih di triwulan pertama tahun ini. Konsumen masih bersikap wait and see dan menunda pembelian. Namun, khusus untuk produk-produk perumahan, kami lihat pasarnya masih bergerak positif dan relatif stabil, sehingga tetap ada penjualan,” ungkapnya lebih lanjut.
Perseroan mengakui secara umum tantangan pasar properti pada tiga bulan pertama tahun ini sangat berat. Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh iklim politik yang terjadi, seiring penyelenggaraan masa kampanye dan pemilu serentak.
“Kami harapkan setelah pemilu, kondisi akan membaik dan lebih kondusif, sehingga konsumen lebih berani untuk melakukan pembelian dan investasi di sektor properti,” ungkap Archied.
Manajemen Intiland tetap optimitik pasar properti akan mampu pulih dan tumbuh kembali. Perseroan pada tahun ini masih mempertahankan strategi yang bersifat konservatif guna mengantisipasi dan menghadapi dinamika dan arah perubahan pasar.
Perseroan akan berupaya menjaga kinerja usaha dengan mengandalkan pertumbuhan secara organik maupun dengan menjalin kerjasama strategis dengan investor. Strategi ini ditempuh antara lain melalui pengembangan pada proyek-proyek yang telah berjalan dan tetap membuka peluang kerjasama untuk pengembangan proyek-proyek baru.
***