Millenials atau dikenal juga sebagai Gen Y merupakan kelompok orang yang lahir di awal 1980-an dan berakhir di pertengahan tahun 1990-an. Generasi muda ini pada umumnya akrab dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
Saat ini para millenials menjadi mayoritas pekerja di Indonesia. Namun, sebagai generasi yang produktif mereka tetap mengalami kesulitan dalam memiliki rumah pribadi. Apa yang menyebabkannya? Yuk kita lihat supaya bisa menerobos penghalang dalam mendapatkan rumah pribadi.
Gaya Hidup Yang Konsumtif
Gaya hidup konsumtif atau disebut juga hedonisme berasal dari bahasa Yunani hedonismeos dengan kata dasar hedone. Hedone artinya kesenangan dan hedonismeos merupakan sebuah cara pandang yang menganggap bahwa seseorang akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak mungkin.
Generasi millenials banyak yang memiliki gaya hidup konsumtif. Keinginan memiliki rumah pribadi tidak diiringi dengan kedisiplinan menabung dan berinvestasi.
Gaya hidup konsumtif millenials juga tumbuh subur dengan kemudahan belanja online melalui gadget. Mereka menghabiskan uang untuk keinginan yang tidak mendesak karena terpengaruh iklan maupun promo cicilan. Selain itu, pengeluaran lain sering terjadi karena mengikuti gengsi atau tren seperti liburan dan menonton konser musik.
Kebiasaan gaya hidup konsumtif ini tentu saja menjadi penghalang utama para millenials untuk memiliki rumah pribadi.
Kesulitan Membayar DP
Gaya hidup konsumtif kaum millennials berujung pada pudarnya impian mereka untuk memiliki rumah pribadi. Karena terlalu berfokus pada kesenangan instan, generasi millennials kerap sulit untuk menabung guna membayar uang muka atau down payment (DP) rumah atau apartemen.
Pemerintah pun sudah melihat tren ini dan berusaha memberikan fasilitas. Walaupun ada kebijakan DP nol persen dari Bank Indonesia, tidak semua bank menyediakan program rumah KPR pribadi seperti ini.
Selain itu generasi millennials merasa kesulitan membayar rumah KPR pribadi karena harga properti senantiasa meningkat dan tidak sesuai dengan kenaikan penghasilan mereka. Ini membuat mereka lebih suka menunda untuk memiliki rumah pribadi.
Tingginya Suku Bunga Bank
Salah satu alasan mengapa para millenials tidak mengambil rumah KPR pribadi adakah karena suku bunga kredit yang cukup tinggi dibandingkan pendapatan dan pengeluaran. Mereka juga masih belum bisa mencicil rumah pribadi karena merasa kesulitan untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
Kenaikan harga rumah yang cukup signifikan tiap tahunnya membuat generasi ini ragu bisa membeli rumah pribadi. Gaya hidup konsumtif yang cenderung meningkat juga menambah kekuatiran mereka akan kemampuan mengajukan rumah KPR pribadi di mana rata-rata rumah sudah menyentuh angka Rp500 juta ke atas.
Sulit Menentukan Lokasi
Biasanya, millennials ingin segera memiliki rumah pribadi di daerah yang dekat dengan lokasi kerja atau tempat hiburan dengan alasan lebih praktis.
Padahal, rumah KPR pribadi dengan cicilan rendah sulit didapatkan jika lokasinya dekat pusat kota. Banyak orang yang batal membeli rumah dengan alasan jauh dari pusat kota, lokasi rumah yang tidak strategis, akses kendaraan sulit dan lainnya.
Sebagai ‘pemula’, ada baiknya generasi millennials membeli rumah yang lebih terjangkau di pinggir kota terlebih dahulu. Saat penghasilan meningkat dan mampu untuk membeli rumah yang lebih besar atau dekat kota, maka Anda bisa menjual rumah lama sebagai modal awal. Tentunya, rumah KPR pribadi pertama Anda juga sudah naik saat akan dijual.
Selain itu, perkembangan ekonomi banyak daerah baru mulai dibuka dan menjadi pusat keramaian sehingga rumah yang Anda beli di pelosok mungkin saja tidak akan sama dalam beberapa tahun ke depan. Lebih ramai, lebih banyak toko, tempat hiburan dan lainnya. Dan ingat, itu juga berarti harga rumah Anda juga ikut naik. Lebih baik punya rumah KPR pribadi daripada kos terus menerus bukan?