Jakarta, (27/06) – Pengembang properti PT Intiland Development Tbk akan membagikan dividen senilai Rp51,8 miliar atau Rp5 per saham.
Nilai dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham tersebut setara 17,3 persen dari total perolehan laba bersih Perseroan tahun 2016 sebesar Rp298,9 miliar.
Rencana pembagian dividen telah memperoleh persetujuan dari Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan yang dilaksanakan di Jakarta, 18 Mei 2017. Para pemegang saham juga menyetujui seluruh rencana Perseroan yang tertuang dalam agenda RUPST.
Persetujuan tersebut antara lain mengenai rencana Perseroan untuk menggunakan laba bersih Perseroan sebesar Rp245 miliar sebagai laba ditahan dan Rp2 miliar sebagai cadangan wajib. RUPST juga menerima dan menyetujui laporan tahunan, laporan keuangan tahunan, pengesahan neraca, dan perhitungan laba rugi Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2016.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menyatakan bahwa tahun 2016 menjadi masa yang berat bagi sektor properti nasional, termasuk bagi Intiland. Namun demikian, jajaran managemen terus berkomitmen untuk selalu konsisten memanfaatkan keunggulan komparatif Perseroan untuk melewati seluruh tantangan berat yang dialami industri properti nasional.
“Industri properti harus menghadapi tekanan berat sepanjang tahun lalu yang disebabkan banyak faktor. Kondisi ini masih belum banyak berubah dalam empat bulan pertama tahun ini. Kami terus melakukan evaluasi dan menerapkan strategi-strategi yang tepat dan efektif untukmeningkatkan kinerja usaha,” ungkap Archied.
Akibat dari lemahnya pasar properti, Perseroan pada tahun lalu menunda peluncuran dua proyek skala besar yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Kedua proyek ini rencananya baru akan diluncurkan pada semester II tahun 2017.
Penundaan peluncuran proyek baru turut memberi dampak terhadap pencapaian pendapatan penjualan (marketing sales) dan kinerja keuangan Intiland tahun 2016. Nilai perolehan marketing sales tercatat mencapai Rp1,63 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp1,9 triliun.
Pendapatan usaha Perseroan tercatat mencapai Rp2,28 triliun atau naik 3,4 persen dibandingkan perolehan tahun 2015 sebesar Rp2,2 triliun. Perolehan laba usaha mencapai Rp404,3 miliar atau lebih rendah 11,6 persen dan laba bersih Rp298,9 miliar atau lebih rendah 25,4 persen dari pencapaian tahun sebelumnya. Penurunan laba terutama disebabkan adanya faktor naiknya beban operasional dan beban bunga.
Menurut Archied tren lemahnya pasar properti masih berlanjut sampai tiga bulan pertama tahun ini. Nilai pendapatan usaha Perseroan tercatat Rp398,7 miliar atau turun 32,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Sementara itu laba usaha Perseroan tercatat sebesar Rp58,6 miliar dan laba bersih sebesar Rp19,7 miliar.
“Masih ada pendapatan usaha yang belum dibukukan sebesar Rp1,3 triliun dari penjualan yang sudah terjadi. Pendapatan ini baru akan dibukukan pada laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2017,” ungkap Archied.
Perseroan telah menempuh sejumlah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja usaha. Dari sisi penjualan, Perseroan berfokus pada upaya untuk memasarkan inventori dari setiap proyek. Selain akan meluncurkan dua proyek baru tahun ini, Perseroan juga melakukan pengembangan selanjutnya dari proyek-proyek yang sudah berjalan, seperti tahapan II perkantoran terpadu South Quarter, apartemen Graha Golf, dan kawasan perumahan Serenia Hills.
“Tahun ini kami menargetkan marketing sales naik sebesar 35 sampai 40 persen. Peluncuran dua proyek baru akan menjadi motor pendorong naiknya penjualan, selain dari penjualan lahan industri di bulan April senilai Rp386 miliar,” ujarnya lebih lanjut.
Perseroan tetap optimistik industri properti akan berangsur-angsur membaik di tahun ini. Selain melalui pengembangan proyek, Perseroan juga berkomitmen meningkatkan pendapatan berkelanjutan (recurring income) lewat kawasan perkantoran terpadu South Quarter dan penyelesaian proyek-proyek perkantoran dan ritel seperti Spazio Tower dan Praxis di Surabaya.
Segmen ini terbukti mampu memberikan kestabilan pada operasional maupun pencapaian kinerja perusahaan. Pendapatan berkelanjutan pada triwulan I 2017 tercatat sebesar Rp100,7 miliar atau meningkat 41 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.***