Press Release

Intiland Bukukan Pendapatan Usaha 2018 Senilai Rp2,6 Triliun

Jakarta (28/3) – Pengembang properti PT Intiland Development Tbk  (Intiland; DILD) melaporkan hasil kinerja keuangan di tengah kondisi pasar properti yang kurang kondusif di tahun 2018. Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang berakhir 31 Desember 2018, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,6 triliun, atau naik sebesar 16 persen dibandingkan perolehan tahun 2017 yang mencapai Rp2,2 triliun.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono menjelaskan meningkatnya pendapatan usaha tahun 2018 terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi pendapatan pengembangan (development income) di segmen mixed-use and high rise, kawasan perumahan, dan kawasan industri. Perseroan juga berhasil mendongkrak kontribusi dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) secara positif. 

“Meningkatnya pendapatan usaha terutama didorong oleh pengakuan penjualan dari proyek-proyek yang masuk tahap penyelesaian. Meskipun kondisi pasar properti secara umum cenderung masih flat di sepanjang 2018, beberapa proyek berhasil meningkatkan penjualan,” kata Archied lebih lanjut.

 Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan usaha dari development income memberikan kontribusi terbesar mencapai Rp2,0 triliun atau 76,6 persen dari keseluruhan. Sementara kontribusi recurring income tercatat mencapai Rp596,4 miliar, atau 23,4 persen. 

Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat masih memberikan kontribusi terbesar, mencapai Rp819,5 miliar, atau 32,1 persen. Dibandingkan tahun 2017, pendapatan dari segmen ini meningkat 16,5 persen. Peningkatan ini terutama dari tingginya nilai pengakuan penjualan dari proyek-proyek yang masuk tahapan penyelesaian seperti apartemen 1Park Avenue, Regatta, Praxis, Graha Golf, The Rosebay, dan Spazio Tower.  

Kontributor terbesar berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan yang mencapai Rp629,6 miliar atau 24,7 persen. Pendapatan usaha dari segmen ini melonjak 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp420 miliar.

 “Peningkatan ini terutama berasal dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di Graha Natura, Serenia Hills, Magnolia Residence, Talaga Bestari, Graha Famili, dan Griya Semanan yang sudah serah terima,” ungkap Archied.

Segmen pengembangan kawasan industri mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp507 miliar atau 19,9 persen. Pendapatan dari segmen ini berasal dari penjualan lahan industri di kawasan industri Ngoro Industrial Park di Mojokerto. 

Archied menjelaskan di 2018, perseroan juga berhasil meningkatkan kinerja pendapatan dari segmen property investment yang merupakan sumber recurring income. Dibandingkan perolehan tahun 2017 yang mencapai Rp528,2 miliar, perolehan recurring income perseroan di 2018 sebesar Rp 596,4 miliar atau meningkat 12,9 persen. Kontribusi pendapatan dari segmen ini berasal dari pengelolaan kawasan, fasilitas olah raga, penyewaan perkantoran dan ritel, serta fasilitas standart factory building di kawasan industri.

Kinerja Profitabilitas

Seiring dengan meningkatnya pendapatan usaha, perseroan berhasil menjaga kinerja laba kotor yang mencapai Rp1 triliun, atau naik 5,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, kendati laba kotor meningkat, kinerja laba usaha dan laba bersih perseroan mengalami penurunan.

Laba usaha perseroan tahun 2018 tercatat mencapai Rp326,8 miliar dan laba bersih sebesar Rp203 miliar. Pencapaian tersebut masing-masing mengalami penurunan sebesar 5,2 persen dan 31,6 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya margin laba kotor  dan tingginya beban bunga.

Perseroan memproyeksikan kondisi pasar properti tahun ini masih belum banyak mengalami perubahan. Pilihan konsumen yang masih cenderung bersikap wait and see dan menahan investasi dan belanja properti dapat menyebabkan pasar melemah.

“Kami masih mempertahankan langkah dan strategi konservatif di tahun ini. Namun, tetap melihat semua peluang untuk meningkatkan kinerja usaha. Rencana pengembangan proyek baru tetap ada, namun harus melihat daya serap dan arah perubahan pasar,” kata Archied lebih lanjut.

Perseroan berharap pada semester kedua tahun ini kondisi pasar properti akan berangsur-angsur mulai membaik. Perseroan memilih untuk mengambil strategi konservatif dan berhati-hati dengan fokus pada upaya meningkatkan penjualan inventori serta melakukan pengembangan di proyek-proyek yang telah berjalan.