Jakarta (30/10) – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland;DILD) melaporkan hasil kinerja keuangan untuk periode sembilan bulan tahun 2017. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian untuk periode yang berakhir 30 September 2017, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,7 triliun, atau naik 4,1 persen dibandingkan perolehan yang dibukukan pada periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp1,66 triliun.
Archied Noto Pradono direktur pengelolaan modal dan investasi Intiland menjelaskan bahwa meningkatnya pendapatan usaha didorong oleh peningkatan pengakuan penjualan segmen industri sebesar Rp551 miliar. Penjualan dari segmen ini memberikan kontribusi sebesar 31,9 persen dari total seluruh pendapatan usaha perseroan.
“Pada sembilan bulan tahun ini, penjualan lahan industri memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan usaha. Peningkatan ini terutama berasal dari pengakuan penjualan lahan industri Ngoro Industrial Park ke perusahaan otomotif pada triwulan kedua tahun ini,” ungkap Archied.
Ditinjau berdasarkan segmen pengembangannya, selain dari kawasan industri, kontribusi pendapatan usaha terbesar setelah kawasan industri berasal dari pengembangan mixed-use dan high rise yang tercatat mencapai Rp490,8 miliar atau setara dengan 28,4 persen. Kontribusi terbesar pada segmen ini berasal dari proyek apartemen 1Park Avenue di Jakarta Selatan.
Segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat membukukan pendapatan usaha sebesar Rp339,3 miliar, atau memberikan kontribusi sebesar 19,6 persen dari keseluruhan. Proyek kawasan perumahan Serenia Hills di Jakarta Selatan tercatat sebagai kontributor terbesar di segmen ini mencapai Rp232 miliar.
Sementara segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) bagi perseroan mencatatkan kontribusi pendapatan usaha Rp345,9 miliar atau 20 persen dari keseluruhan. Perolehan ini melonjak 38 persen dari pencapaian pada periode sembilan bulan tahun 2016 sebesar Rp250,4 miliar.
Archied menjelaskan meningkatnya kontribusi pendapatan dari segmen properti investasi lebih didorong naiknya pendapatan dari penyewaan ruang perkantoran yang memberikan kontribusi total sebesar Rp162,6 miliar. Selain dari hasil penyewaan ruang perkantoran, pendapatan dari segmen properti investasi juga diperoleh perseroan dari penyewaan ritel, pergudangan, serta pengelolaan klub olahraga dan lapangan golf.
Ditilik berdasarkan tipe sumber pendapatan usaha, maka pendapatan pengembangan (development income) tercatat memberikan kontribusi sebesar Rp1,4 triliun atau mencapai 80 persen dari keseluruhan. Sisanya berasal dari segmen recurring income yang tercatat sebesar Rp345,9 miliar atau memberikan kontribusi sekitar 20 persen.
Dari kinerja profitabilitasnya, Archied mengungkapkan bahwa Intiland mencatatkan perolehan laba kotor sebesar Rp705,9 miliar dan laba usaha mencapai Rp276,7 miliar. Pencapaian ini relatif stabil dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun 2016 yang masing-masing mencapai Rp709,3 miliar dan Rp273 miliar.
Perseroan pada sembilan bulan pertama tahun ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp168 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah 18 persen dibanding perolehan laba bersih pada periode periode yang sama tahun lalu yang tercatat mencapai Rp205 miliar.
“Penurunan laba bersih terutama disebabkan meningkatnya beban bunga pinjaman untuk modal kerja penyelesaian konstruksi proyek-proyek,” jelas Archied.
Archied menilai kondisi pasar properti secara umum pada tahun ini belum sepenuhnya kondusif. Meskipun ada indikasi kondisi bergerak membaik di triwulan ketiga tahun ini, namun tingkat kepercayaan pasar belum sepenuhnya pulih dan konsumen masih mengambil sikap menunggu (wait and see).
Indikasi mulai membaiknya pasar properti dapat dilihat dari membaiknya hasil penjualan perseroan, khususnya di triwulan ketiga tahun ini. Perseroan pada periode sembilan bulan 2017 berhasil meraih pendapatan penjualan (marketing sales) sebesar Rp3 triliun, atau naik 115 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Pencapaian tersebut setara 131 persen dari target perseroan yang ditetapkan pada awal tahun sebesar Rp2,3 triliun.
“Kami terus meninjau pergerakan pasar properti. Fokus kami saat ini adalah pada pemasaran proyek-proyek yang sudah berjalan,” kata Archied.
Manajemen Intiland berharap kepercayaan pasar kepada sektor properti kembali pulih. Stabilitas kondisi makro ekonomi, tren penurunan suku bunga, dan penetapan peraturan kepemilikan properti bagi warga negara asing diharapkan menjadi katalis bagi pasar untuk kembali berinvestasi di sektor properti.*