Intiland Bukukan Pendapatan Usaha Rp2,89 Triliun
Jakarta (29/4) Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) melaporkan hasil pencapaian kinerja keuangan tahun 2020. Di tengah tekanan dan penurunan pasar properti akibat pandemi Covid-19, Perseroan cukup berhasil dalam menjaga dan mempertahankan kinerja usaha sepanjang tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang berakhir 31 Desember 2020, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,89 triliun. Jumlah tersebut naik Rp154,3 miliar atau 5,3 persen dibandingkan pencapaian tahun 2019 sebesar Rp2,74 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menuturkan kenaikan pendapatan usaha tahun 2020 didorong oleh peningkatan pengakuan penjualan dari segmen pengembangan mixed-use and high rise yang telah selesai masa pembangunannya. Perseroan saat ini memiliki sejumlah portofolio proyek mixed-use and high rise yang berlokasi di sejumlah wilayah, meliputi Jakarta, Tangerang, dan Surabaya.
“Kenaikan pendapatan usaha antara lain dipicu adanya pengakuan penjualan dari pengembangan proyek mixed-use and high rise yang telah selesai pembangunannya, seperti kondominium Graha Golf dan The Rosebay di Surabaya serta penjualan unit-unit stok di sejumlah proyek apartemen seperti 1Park Avenue” kata Archied melalui keterangan tertulis, Kamis (29/04).
Archied menjelaskan pendapatan pengembangan (development income) masih memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp2,3 triliun atau 79,6 persen dari keseluruhan. Nilai pendapatan pengembangan ini meningkat sebesar 8,2persen dibandingkan tahun 2019 senilai Rp2,1 triliun.
Sumber pendapatan usaha berikutnya berasal dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang memberikan kontribusi Rp589,1 miliar atau berkontribusi 20,4 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini membukukan penurunan 5,7 persen dibandingkan pencapaian tahun 2019 yang nilainya Rp623,1 miliar.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat memberikan kontribusi paling besar mencapai Rp1,8 triliun, atau 63,4 persen. Kontribusi tersebut meningkat sebesar 39.4 persen dibandingkan pencapaian 2019 yang tercatat sebesar Rp1,1 triliun.
Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan sebesar Rp432,8 miliar atau 14,9 persen dari keseluruhan. Pendapatan dari segmen ini mengalami penurunan lebih dari separonya dibandingkan perolehan tahun 2019 senilai Rp942 miliar.
Segmen pengembangan kawasan industri menyumbang sebesar Rp36,7 miliar atau 1,3 persen. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang masih memberikan kontribusi senilai Rp63,4 miliar.
Archived menjelaskan segmen pengembangan perumahan, kawasan industri, dan pendapatan berulang secara rata-rata mengalami penurunan di tahun lalu. Pandemi Covid-19 secara langsung menciptakan tekanan terhadap kinerja penjualan Perseroan, seiring dengan keputusan konsumen untuk menunda dulu pembelian produk properti.
“Penyerapan pasar perumahan juga terbentur daya beli konsumen yang menurun dan keengganan untuk melakukan investasi selama masa pandemi,” kata Archied.
Dari sisi kinerja profitabilitas, Perseroan mencatatkan perolehan laba kotor tahun 2020 mencapai Rp1,18 triliun atau naik tipis dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp1,13 triliun. Laba usaha Perseroan juga meningkat 29 persen menjadi Rp778,4 miliar, dibandingkan tahun 2019 senilai Rp603,5 miliar. Laba bersih Perseroan tercatat mencapai Rp76,8 miliar, atau mengalami penurunan 69 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp251,4 miliar.
Kinerja Penjualan Triwulan I 2021
Memasuki tiga bulan pertama tahun 2021, Perseroan menilai kondisi pasar properti sudah mulai bergerak positif. Sejumlah insentif dan stimulus kebijakan yang dikucurkan Pemerintah serta sejumlah program promosi yang diluncurkan pengembang properti mulai mampu mendorong masyarakat untuk kembali melakukan pembelian dan investasi di sektor properti.
Seiring dengan dinamika tersebut, Perseroan mencatatkan pendapatan penjualan (marketing sales) kuartal I 2021 sebesar Rp310 miliar. Perolehan tersebut melonjak sebesar 165 persen dibandingkan perolehan kuartal I 2020 sebesar Rp117 miliar.
Archied menjelaskan sejak akhir tahun 202o, minat beli properti konsumen sudah mulai berangsur-angsur membaik. Perubahan ini terutama terjadi pada penjualan produk perumahan, khususnya di segmen pasar menengah yang mulai kembali bergulir.
“Kami banyak berdiskusi dengan para konsumen dan agen properti, rata-rata sudah mulai optimis dan punya kepercayaan bahwa kondisi akan membaik. Untuk antisipasi perubahan itu, kami menyiapkan program promo spesial dan meluncurkan beberapa produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” kata Archied lebih lanjut.
Ditinjau dari lokasinya, menurut Archied, penjualan yang berasal dari pengembangan proyek-proyek di Surabaya tercatat memberikan kontribusi Rp167 miliar atau sekitar 54 persen. Berikutnya berasal dari penjualan proyek-proyek di Jakarta sebesar Rp143 miliar atau 46 persen dari keseluruhan.
Jika dari segmen pengembangannya, kawasan perumahan berhasil memberikan kontribusi marketing sales paling besar yakni Rp222 miliar atau 72 persen dari keseluruhan. Disusul penjualan dari segmen pengembangan kawasan industri sebesar Rp59 miliar atau 19 persen, serta segmen pengembangan mixed-use and high rise sebesar Rp29 miliar atau 9 persen dari keseluruhan.
Archied menjelaskan bahwa penjualan dari segmen perumahan rata-rata mengalami peningkatan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Kontribusi terbesar masih berasal dari penjualan unit-unit rumah di perumahan Graha Natura dan Graha Famili Surabaya, Serenia Hills dan South Grove di Jakarta Selatan, serta Talaga Bestari di Tangerang.
“Kami menargetkan marketing sales tahun ini sebesar Rp2 triliun dengan fokus utama berasal dari penjualan segmen perumahan dan high-rise,” kata Archied.
Archied menuturkan Perseroan berharap pasar properti tahun ini akan kembali menggeliat seiring dengan stimulus dan insentif kebijakan yang diluncurkan pemerintah. Tahun ini bisa menjadi titik balik bagi pasar properti serta konsumen untuk melakukan pembelian dan investasi properti.
“Penanganan Covid-19 menjadi motor penggerak ekonomi yang ditunggu oleh pelaku usaha. Di samping itu, kami mengapresiasi stimulus properti dari Pemerintah seperti insentif uang muka maupun relaksasi pajak pertambahan nilai yang cukup holistik dalam mendorong penjualan properti,” kata Archied.
Perseroan menawarkan berbagai kemudahan bagi konsumen untuk melengkapi insentif kebijakan dari Pemerintah tersebut. Program-program promo tersebut seperti program cicilan bertahap tanpa bunga, hingga berbagai bonus untuk pembelian proyek tertentu seperti bonus furnitur, bebas biaya servis atau iuran pengelolahan lingkungan.
Perseroan tahun ini akan lebih fokus pada penjualan inventori atau stok unit di sejumlah proyek perumahan dan apartemen. Namun demikian, Perseroan juga tetap melihat ceruk dan potensi pasar untuk peluncuran proyek-proyek baru dengan mempertimbangkan faktor risiko secara hati-hati.
“Selalu ada peluang dalam industri properti. Kuncinya ada di pengembang yang harus jeli menangkap peluang di setiap sub-sektor yang ada. Kami melihat pasar mulai bergerak dan kami percaya akan berangsur-angsur membaik,” kata Archied.***
Jakarta (29/4) Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) melaporkan hasil pencapaian kinerja keuangan tahun 2020. Di tengah tekanan dan penurunan pasar properti akibat pandemi Covid-19, Perseroan cukup berhasil dalam menjaga dan mempertahankan kinerja usaha sepanjang tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang berakhir 31 Desember 2020, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,89 triliun. Jumlah tersebut naik Rp154,3 miliar atau 5,3 persen dibandingkan pencapaian tahun 2019 sebesar Rp2,74 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menuturkan kenaikan pendapatan usaha tahun 2020 didorong oleh peningkatan pengakuan penjualan dari segmen pengembangan mixed-use and high rise yang telah selesai masa pembangunannya. Perseroan saat ini memiliki sejumlah portofolio proyek mixed-use and high rise yang berlokasi di sejumlah wilayah, meliputi Jakarta, Tangerang, dan Surabaya.
“Kenaikan pendapatan usaha antara lain dipicu adanya pengakuan penjualan dari pengembangan proyek mixed-use and high rise yang telah selesai pembangunannya, seperti kondominium Graha Golf dan The Rosebay di Surabaya serta penjualan unit-unit stok di sejumlah proyek apartemen seperti 1Park Avenue” kata Archied melalui keterangan tertulis, Kamis (29/04).
Archied menjelaskan pendapatan pengembangan (development income) masih memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp2,3 triliun atau 79,6 persen dari keseluruhan. Nilai pendapatan pengembangan ini meningkat sebesar 8,2persen dibandingkan tahun 2019 senilai Rp2,1 triliun.
Sumber pendapatan usaha berikutnya berasal dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang memberikan kontribusi Rp589,1 miliar atau berkontribusi 20,4 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini membukukan penurunan 5,7 persen dibandingkan pencapaian tahun 2019 yang nilainya Rp623,1 miliar.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise tercatat memberikan kontribusi paling besar mencapai Rp1,8 triliun, atau 63,4 persen. Kontribusi tersebut meningkat sebesar 39.4 persen dibandingkan pencapaian 2019 yang tercatat sebesar Rp1,1 triliun.
Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan sebesar Rp432,8 miliar atau 14,9 persen dari keseluruhan. Pendapatan dari segmen ini mengalami penurunan lebih dari separonya dibandingkan perolehan tahun 2019 senilai Rp942 miliar.
Segmen pengembangan kawasan industri menyumbang sebesar Rp36,7 miliar atau 1,3 persen. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang masih memberikan kontribusi senilai Rp63,4 miliar.
Archived menjelaskan segmen pengembangan perumahan, kawasan industri, dan pendapatan berulang secara rata-rata mengalami penurunan di tahun lalu. Pandemi Covid-19 secara langsung menciptakan tekanan terhadap kinerja penjualan Perseroan, seiring dengan keputusan konsumen untuk menunda dulu pembelian produk properti.
“Penyerapan pasar perumahan juga terbentur daya beli konsumen yang menurun dan keengganan untuk melakukan investasi selama masa pandemi,” kata Archied.
Dari sisi kinerja profitabilitas, Perseroan mencatatkan perolehan laba kotor tahun 2020 mencapai Rp1,18 triliun atau naik tipis dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp1,13 triliun. Laba usaha Perseroan juga meningkat 29 persen menjadi Rp778,4 miliar, dibandingkan tahun 2019 senilai Rp603,5 miliar. Laba bersih Perseroan tercatat mencapai Rp76,8 miliar, atau mengalami penurunan 69 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp251,4 miliar.
Kinerja Penjualan Triwulan I 2021
Memasuki tiga bulan pertama tahun 2021, Perseroan menilai kondisi pasar properti sudah mulai bergerak positif. Sejumlah insentif dan stimulus kebijakan yang dikucurkan Pemerintah serta sejumlah program promosi yang diluncurkan pengembang properti mulai mampu mendorong masyarakat untuk kembali melakukan pembelian dan investasi di sektor properti.
Seiring dengan dinamika tersebut, Perseroan mencatatkan pendapatan penjualan (marketing sales) kuartal I 2021 sebesar Rp310 miliar. Perolehan tersebut melonjak sebesar 165 persen dibandingkan perolehan kuartal I 2020 sebesar Rp117 miliar.
Archied menjelaskan sejak akhir tahun 202o, minat beli properti konsumen sudah mulai berangsur-angsur membaik. Perubahan ini terutama terjadi pada penjualan produk perumahan, khususnya di segmen pasar menengah yang mulai kembali bergulir.
“Kami banyak berdiskusi dengan para konsumen dan agen properti, rata-rata sudah mulai optimis dan punya kepercayaan bahwa kondisi akan membaik. Untuk antisipasi perubahan itu, kami menyiapkan program promo spesial dan meluncurkan beberapa produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” kata Archied lebih lanjut.
Ditinjau dari lokasinya, menurut Archied, penjualan yang berasal dari pengembangan proyek-proyek di Surabaya tercatat memberikan kontribusi Rp167 miliar atau sekitar 54 persen. Berikutnya berasal dari penjualan proyek-proyek di Jakarta sebesar Rp143 miliar atau 46 persen dari keseluruhan.
Jika dari segmen pengembangannya, kawasan perumahan berhasil memberikan kontribusi marketing sales paling besar yakni Rp222 miliar atau 72 persen dari keseluruhan. Disusul penjualan dari segmen pengembangan kawasan industri sebesar Rp59 miliar atau 19 persen, serta segmen pengembangan mixed-use and high rise sebesar Rp29 miliar atau 9 persen dari keseluruhan.
Archied menjelaskan bahwa penjualan dari segmen perumahan rata-rata mengalami peningkatan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Kontribusi terbesar masih berasal dari penjualan unit-unit rumah di perumahan Graha Natura dan Graha Famili Surabaya, Serenia Hills dan South Grove di Jakarta Selatan, serta Talaga Bestari di Tangerang.
“Kami menargetkan marketing sales tahun ini sebesar Rp2 triliun dengan fokus utama berasal dari penjualan segmen perumahan dan high-rise,” kata Archied.
Archied menuturkan Perseroan berharap pasar properti tahun ini akan kembali menggeliat seiring dengan stimulus dan insentif kebijakan yang diluncurkan pemerintah. Tahun ini bisa menjadi titik balik bagi pasar properti serta konsumen untuk melakukan pembelian dan investasi properti.
“Penanganan Covid-19 menjadi motor penggerak ekonomi yang ditunggu oleh pelaku usaha. Di samping itu, kami mengapresiasi stimulus properti dari Pemerintah serti insentif uang muka maupun relaksasi pajak pertambahan nilai yang cukup holistik dalam mendorong penjualan properti,” kata Archied.
Perseroan menawarkan berbagai kemudahan bagi konsumen untuk melengkapi insentif kebijakan dari Pemerintah tersebut. Program-program promo tersebut seperti program cicilan bertahap tanpa bunga, hingga berbagai bonus untuk pembelian proyek tertentu seperti bonus furnitur, bebas biaya servis atau iuran pengelolahan lingkungan.
Perseroan tahun ini akan lebih fokus pada penjualan inventori atau stok unit di sejumlah proyek perumahan dan apartemen. Namun demikian, Perseroan juga tetap melihat ceruk dan potensi pasar untuk peluncuran proyek-proyek baru dengan mempertimbangkan faktor risiko secara hati-hati.
“Selalu ada peluang dalam industri properti. Kuncinya ada di pengembang yang harus jeli menangkap peluang di setiap sub-sektor yang ada. Kami melihat pasar mulai bergerak dan kami percaya akan berangsur-angsur membaik,” kata Archied.***