Intiland Bukukan Pendapatan Usaha Rp709 Miliar di Triwulan I 2018
Jakarta (17/5) – Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) berhasil meningkatkan hasil kinerja keuangan di tengah kondisi pasar properti sepanjang triwulan I tahun 2018. Berdasarkan hasil laporan keuangan yang berakhir 31 Maret 2018, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp709,2 miliar, melonjak sebesar Rp310 miliar atau 78 persen dibandingkan perolehan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp398,7 miliar.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono mengungkapkan bahwa lonjakan pendapatan usaha perseroan terutama berasal dari peningkatan pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan. Kontribusi peningaktan bersumber dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan yakni Graha Natura di Surabaya dan Serenia Hills di Jakarta Selatan.
“Awal tahun ini menjadi momentum yang baik bagi pertumbuahan sektor properti. Meskipun konsumen dan pasar masih cenderung mengambil sikap wait and see, tapi kami yakin tahun ini kondisinya akan membaik. Kebutuhan pasar terhadap produk properti yang bagus akan tetap ada, baik untuk tujuan investasi maupun yang digunakan sendiri,” kata Archied lebih lanjut.
Ditinjau berdasarkan segmen pengembangannya, kawasan perumahan menjadi kontributor pendapatan usaha terbesar pada triwulan pertama 2018 yang mencapai Rp373,3 miliar, atau sebesar 53 persen dari keseluruhan. Pencapaian ini melonjak 672 persen dibandingkan perolehan pariode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp48,3 miliar.
Kontribusi terbesar berikutnya berasal dari segmen pengembangan mixed use & high rise yang tercatat mencapai Rp197,4 miliar atau 28 persen dari keseluruhan. Jumlah tersebut meningkat Rp38,8 miliar atau 24 persen dari pencapaian triwulan I 2018 sebesar Rp158,6 miliar.
Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) perseroan memberikan kontribusi sebesar 19 persen atau senilai Rp138,5 miliar. Dibandingkan perolehan triwulan I tahun lalu yang tercatat mencapai Rp100,7 miliar, kontribusi dari segmen ini mengalami peningkatan sebesar 37,6 persen.
Meningkatnya kontribusi recurring income, menurut Archied, terutama disebabkan naiknya pendapatan usaha dari perkantoran sewa, kawasan industri, serta pengelolaan sarana dan prasarana. Pendapatan usaha dari pengelolaan sarana dan prasaran tercatat mencapai Rp71,3 miliar, atau naik 64 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
“Kinerja penjualan Intiland di triwulan pertama tahun ini cukup bagus dengan membukukan marketing sales Rp966 miliar. Namun hasil penjualan tersebut, khususnya dari segmen mixed use & high rise belum bisa dibukukan sebagai pendapatan usaha, karena menunggu progres pembangunan,” kata Archied lebih lanjut.
Sepanjang triwulan I tahun ini, perseroan juga berhasil mempertahankan kinerja profitabilitas dengan baik. Perseroan mencatatkan perolehan laba kotor sebesar Rp283,5 miliar dan laba usaha mencapai Rp137,8 miliar. Jumlah tersebut meningkat masing-masing sebesar 65 persen dan 166 persen dibandingkan perolehan triwulan I tahun 2017.
“Di tiga bulan pertama tahun ini, kami berhasil membukukan laba bersih Rp112,8 miliar, atau meningkat 178 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini terutama karena meningkatnya kontribusi pendapatan di semua segmen pengembangan, kecuali dari kawasan Industri yang belum memberikan kontribusi di awal tahun ini,” kata Archied.
Mempertimbangkan hasil pencapaian di awal tahun ini, perseroan tetap optimitik pasar properti nasional akan tetap tumbuh. Manajemen perseroan masih akan mempertahankan sejumlah strategi kunci yang bersifat konservatif guna mengantisipasi dan menghadapi kondisi tersebut.
Sebagai upaya untuk menjaga dan mempertahankan pertumbuhan usaha, perseroan akan mengandalkan pertumbuhan secara organik maupun dengan menjalin kerjasama strategis dengan investor. Strategi ini ditempuh antara lain melalui peluncuran sejumlah proyek baru, maupun pengembangan dari proyek-proyek properti yang telah berjalan.
“Setiap melakukan investasi untuk pengembangan proyek baru, kami tetap melakukan secara hati-hati dengan tetap melihat dinamika arah dan kondisi pasar. Pelaku industri properti perlu membangun keyakinan secara kolektif, sehingga bisa menciptakan iklim investasi yang kondusif,” ujarnya lebih lanjut.
Perseroan optimis kondisi pasar properti nasional akan bergerak membaik di tahun 2018. Stabilitas iklim investasi dan masih tingginya tingkat kebutuhan pasar menjadi salah satu indikantor penting prospek industri properti nasional. ***