Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk berhasil meningkatkan kinerja usaha dalam periode sembilan bulan 2016. Indikator kinerja pendapatan usaha Perseroan tumbuh secara positif di tengah-tengah kondisi pasar properti kurang mendukung.
Berdasarkan laporan keuangan triwulan ketiga yang berakhir 30 September 2016, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp1,7 triliun. Pencapaian tersebut meningkat sebesar 5,3 persen dari jumlah pendapatan usaha yang dicatatkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,6 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengungkapkan meningkatnya pendapatan usaha perseroan seiring dengan progres penyelesaian pembangunan sejumlah proyek baru. Proyek-proyek tersebut antara lain apartemen 1Park Avenue, Regatta, kawasan perumahan Serenia Hills, dan Graha Natura.
“Peningkatan pendapatan terutama didapat dari pengakuan penjualan dari beberapa proyek di segmen perumahan dan mixed-use & high rise seperti proyek Serenia Hills dan Regatta” kata Archied lebih lanjut.
Pada sisi kinerja profitabilitas, Intiland membukukan laba kotor sebesar Rp709,3 miliar, atau naik 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Laba usaha perseroan tercatat Rp273,1 miliar atau naik 6,4 persen.
Perolehan laba bersih Intiland tercatat mencapai Rp205,3 miliar, sedikit menurun dibandingkan perolehan pada triwulan III 2015 sebesar Rp214,9 miliar. Meningkatnya jumlah beban usaha dan beban lain-lain menjadi faktor penyebab tertahannya laju pertumbuhan laba bersih.
Ditinjau dari segmentasi pengembangannya, proyek-proyek mixed-use & high rise masih menjadi kontributor pendapatan usaha terbesar, mencapai Rp916 miliar atau 55,2 persen dari keseluruhan. Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan yang mencatatkan pendapatan Rp484,3 miliar atau 29,2 persen.
Archied mengungkapkan bahwa segmen properti investasi yang berasal dari penyewaan ruang kantor, ritel, klub olahraga dan lapangan golf, serta penyewaan pergudangan memberikan pendapatan usaha Rp250,3 miliar atau 15 persen. Segmen kawasan industri mencatatkan pendapatan dari penjualan lahan sebesar Rp7,8 miliar.
Berdasarkan tipenya, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi Rp1,41 triliun atau 85 persen dari seluruh pendapatan usaha Perseroan. Sementara sisanya atau Rp250,3 miliar berasal dari pendapatan berkelanjutan (recurring income).
Menurut Archied kontribusi pendapatan berkelanjutan mengalami lonjakan sebesar 53,6 persen dari hasil pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp163 miliar. Mulai beroperasinya kawasan perkantoran terpadu South Quarter dan pendapatan dari kawasan industri secara langsung memberikan kontribusi cukup signifikan pada peningkatan pendapatan berkelanjutan.
Kinerja Marketing Sales
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Perseroan berhasil meraih pendapatan penjualan atau marketing sales sebesar Rp1,4 triliun atau 55 persen dari target yang ditetapkan di awal tahun. Proyek dengan kontribusi penjualan tertinggi berasal dari peluncuran dua proyek baru tahun ini yaitu Graha Natura tahap II dan The Rosebay yang berlokasi di Surabaya.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise menjadi kontributor terbesar mencapai Rp571 miliar atau 40,6 persen dari keseluruhan. Berikutnya berasal dari segmen kawasan perumahan yang meraih penjualan Rp530,7 miliar atau setara 37,7 persen. Segmen kawasan industri mencatatkan penjualan Rp81,3 miliar atau 5,8 persen serta segmen properti investasi memberikan kontribusi Rp223,6 miliar atau 15,9 persen.
“Kalau dilihat dari tipenya, kontribusi pendapatan penjualan masih menjadi yang terbesar, mencapai Rp1,18 triliun atau 84,1 persen. Sisalnya dari pendapatan berkelanjutan seperti penyewaan perkantoran dan sarana olah raga yang mencapai Rp223,6 miliar atau 15,9 persen,” ungkap Archied.
Ia mengakui bahwa sepanjang 2016, sektor properti menghadapi tantangan cukup berat. Melemahnya pasar properti yang terjadi di sepanjang tahun tersebut berdampak langsung pada kinerja penjualan yang cenderung tidak banyak meningkat.
Namun demikian, menurutnya, Intiland optimistik situasi makro perekonomian akan membaik di tahun depan. Diterbitkannya peraturan kepemilikan properti oleh warga negara asing melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 103 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2016 memberikan dampak positif pada sektor properti.
Hal ini diperkuat dengan sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai pro-pasar lain seperti pelaksanaan program amnesti pajak, penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI), pelonggaran aturan peminjaman atau loan to value (LTV) diharapkan menjadi katalis untuk memulihkan dan meningkatkan pasar properti nasional.***
Berdasarkan laporan keuangan triwulan ketiga yang berakhir 30 September 2016, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp1,7 triliun. Pencapaian tersebut meningkat sebesar 5,3 persen dari jumlah pendapatan usaha yang dicatatkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,6 triliun.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengungkapkan meningkatnya pendapatan usaha perseroan seiring dengan progres penyelesaian pembangunan sejumlah proyek baru. Proyek-proyek tersebut antara lain apartemen 1Park Avenue, Regatta, kawasan perumahan Serenia Hills, dan Graha Natura.
“Peningkatan pendapatan terutama didapat dari pengakuan penjualan dari beberapa proyek di segmen perumahan dan mixed-use & high rise seperti proyek Serenia Hills dan Regatta” kata Archied lebih lanjut.
Pada sisi kinerja profitabilitas, Intiland membukukan laba kotor sebesar Rp709,3 miliar, atau naik 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Laba usaha perseroan tercatat Rp273,1 miliar atau naik 6,4 persen.
Perolehan laba bersih Intiland tercatat mencapai Rp205,3 miliar, sedikit menurun dibandingkan perolehan pada triwulan III 2015 sebesar Rp214,9 miliar. Meningkatnya jumlah beban usaha dan beban lain-lain menjadi faktor penyebab tertahannya laju pertumbuhan laba bersih.
Ditinjau dari segmentasi pengembangannya, proyek-proyek mixed-use & high rise masih menjadi kontributor pendapatan usaha terbesar, mencapai Rp916 miliar atau 55,2 persen dari keseluruhan. Kontributor berikutnya berasal dari segmen pengembangan kawasan perumahan yang mencatatkan pendapatan Rp484,3 miliar atau 29,2 persen.
Archied mengungkapkan bahwa segmen properti investasi yang berasal dari penyewaan ruang kantor, ritel, klub olahraga dan lapangan golf, serta penyewaan pergudangan memberikan pendapatan usaha Rp250,3 miliar atau 15 persen. Segmen kawasan industri mencatatkan pendapatan dari penjualan lahan sebesar Rp7,8 miliar.
Berdasarkan tipenya, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi Rp1,41 triliun atau 85 persen dari seluruh pendapatan usaha Perseroan. Sementara sisanya atau Rp250,3 miliar berasal dari pendapatan berkelanjutan (recurring income).
Menurut Archied kontribusi pendapatan berkelanjutan mengalami lonjakan sebesar 53,6 persen dari hasil pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp163 miliar. Mulai beroperasinya kawasan perkantoran terpadu South Quarter dan pendapatan dari kawasan industri secara langsung memberikan kontribusi cukup signifikan pada peningkatan pendapatan berkelanjutan.
Kinerja Marketing Sales
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Perseroan berhasil meraih pendapatan penjualan atau marketing sales sebesar Rp1,4 triliun atau 55 persen dari target yang ditetapkan di awal tahun. Proyek dengan kontribusi penjualan tertinggi berasal dari peluncuran dua proyek baru tahun ini yaitu Graha Natura tahap II dan The Rosebay yang berlokasi di Surabaya.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise menjadi kontributor terbesar mencapai Rp571 miliar atau 40,6 persen dari keseluruhan. Berikutnya berasal dari segmen kawasan perumahan yang meraih penjualan Rp530,7 miliar atau setara 37,7 persen. Segmen kawasan industri mencatatkan penjualan Rp81,3 miliar atau 5,8 persen serta segmen properti investasi memberikan kontribusi Rp223,6 miliar atau 15,9 persen.
“Kalau dilihat dari tipenya, kontribusi pendapatan penjualan masih menjadi yang terbesar, mencapai Rp1,18 triliun atau 84,1 persen. Sisalnya dari pendapatan berkelanjutan seperti penyewaan perkantoran dan sarana olah raga yang mencapai Rp223,6 miliar atau 15,9 persen,” ungkap Archied.
Ia mengakui bahwa sepanjang 2016, sektor properti menghadapi tantangan cukup berat. Melemahnya pasar properti yang terjadi di sepanjang tahun tersebut berdampak langsung pada kinerja penjualan yang cenderung tidak banyak meningkat.
Namun demikian, menurutnya, Intiland optimistik situasi makro perekonomian akan membaik di tahun depan. Diterbitkannya peraturan kepemilikan properti oleh warga negara asing melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 103 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2016 memberikan dampak positif pada sektor properti.
Hal ini diperkuat dengan sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai pro-pasar lain seperti pelaksanaan program amnesti pajak, penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI), pelonggaran aturan peminjaman atau loan to value (LTV) diharapkan menjadi katalis untuk memulihkan dan meningkatkan pasar properti nasional.***