Intiland Gelar Rapat Umum Pemegang Saham
Pengembang properti PT Intiland Development Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2018. Pada RUPST yang diselenggarakan di Jakarta, 15 Mei 2019, Pemegang Saham memberikan persetujuan atas seluruh laporan dan rencana Perseroan yang tertuang dalam agenda RUPST.
RUPST menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan Perseroan untuk tahun buku 2018 yang meliputi Laporan Direksi, Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris, dan Laporan Keuangan yang berakhir 31 Desember 2018. Pemegang saham juga memberikan persetujuan untuk penggunaan laba bersih tahun 2018 senilai Rp203,7 miliar.
Archied Noto Pradono Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland mengungkapkan bahwa dari perolehan laba bersih tersebut, sebesar Rp20,7 miliar dialokasikan untuk dividen atau senilai Rp2 per saham. Nilai dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham tersebut setara 10,2 persen dari perolehan laba bersih Perseroan tahun 2018.
“Sisanya sebesar Rp180,9 miliar ditetapkan sebagai laba ditahan dan sebesar Rp2 miliar sebagai cadangan wajib,” ungkap Archied.
Perseroan juga mendapatkan persetujuan RUPST atas penyesuaian pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan perihal Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha untuk disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia. Perubahan ini sehubungan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dan Pengumuman Bersama Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Pada agenda RUPST yang lain, Pemegang Saham memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik. Selain itu, RUPST juga menyetujui penetapan remunerasi Dewan Komisaris dan pelimpahan wewenang Dewan Komisaris untuk menetapkan remunerasi Direksi untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2019.
Berkaitan dengan hasil pencapaian 2018, Archied mengungkapkan bahwa Perseroan cukup berhasil mempertahankan kinerja usaha di tengah kondisi pasar properti yang belum kondusif. Perseroan menilai tingkat permintaan pasar terhadap produk properti relatif tidak mengalami pertumbuhan secara signifikan.
“Kondisi sektor properti masih cukup berat dan belum kembali kondusif. Tapi kami percaya peluang tetap ada dengan fokus pada segmen-segmen pengembangan yang memberi ruang untuk menciptakan pertumbuhan usaha,” kata Archied.
Di tengah tantangan yang terjadi di industri properti, Perseroan pada tahun lalu membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,6 triliun, atau naik sebesar 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun. Laba usaha dan laba bersih tercatat mencapai Rp327 miliar dan Rp203 miliar atau masing-masing mengalami penurunan sebesar 5,2 persen dan 31,6 persen.
“Penurunan kinerja profitabilitas terutama disebabkan oleh menurunnya margin laba kotor dan tingginya beban bunga,” ungkap Archied.
Berdasarkan hasil laporan keuangan triwulan I yang berakhir 31 Maret 2019, Perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha Rp887,6 miliar, atau naik sebesar 25 persen dibandingkan triwulan I 2018 yang mencapai Rp709,2 miliar. Laba usaha dan laba bersih Perseroan tercatat mencapai Rp156 miliar dan Rp48 miliar.
Perseroan melihat tantangan yang dihadapi para pelaku di industri properti tahun ini masih cukup berat. Dibutuhkan terobosan-terobosan yang efektif untuk mempertahankan kinerja usaha, baik dari aspek strategi ekspansi, manajemen konstruksi, pemasaran dan penjualan, hingga aspek pengelolaan biaya.
Menghadapi kondisi tersebut, salah satu fokus Perseroan adalah terus berupaya mencari terobosan untuk menjaga kinerja penjualan. Perseroan telah menempuh dan menyiapkan sejumlah strategi kunci sebagai upaya untuk mengantisipasi tantangan dan arah perubahan pasar properti.
Salah satu upaya yang ditempuh Perseroan adalah fokus pada pengembangan proyek-proyek yang sedang berjalan. Perseroan berusaha meningkatkan penjualan inventori atau stok unit produk yang terdapat di semua proyek pengembangan.
“Penjualan di tiga bulan pertama tahun ini masih cukup berat dan kami belum merasakan adanya tren perubahan minat beli dari konsumen dan investor. Tapi kita akan terus berusaha untuk mendorong penjualan lewat berbagai terobosan,” ungkap Archied lebih lanjut.
Kondisi ini juga tercermin pada hasil kinerja penjualan perseroan yang diraih di sepanjang triwulan I 2019. Perseroan tercatat membukukan pendapatan penjualan (marketing sales) Rp254,2 miliar, atau sekitar 10,2 persen dari target tahun ini sebesar Rp2,5 triliun.
Untuk mengejar target penjualan, ungkap Archied, Perseroan akan memprioritaskan pada penjualan proyek-proyek hunian, baik yang berasal dari pengembangan kawasan perumahan maupun apartemen. Perseroan saat ini memiliki sejumlah pengembangan proyek hunian yang diproyeksikan dapat memberikan kontribusi penjualan cukup signifikan di tahun ini.
Pada segmen pengembangan kawasan perumahan, perseroan mengandalkan penjualan unit rumah dari proyek Serenia Hills dan Talaga Bestari di Jakarta serta Graha Natura di Surabaya. Sementara untuk pengembangan apartemen, perseroan masih mengandalkan penjualan dari lima proyek apartemen yakni 1Park Avenue, Fifty Seven Promenade, dan Regatta di Jakarta serta Graha Golf dan The Rosebay di Surabaya.
“Penjualan dari proyek-proyek residensial, khususnya pengembangan kawasan perumahan masih relatif stabil dan bisa diandalkan. Kalau untuk apartemen, kami akan fokus pada penjualan unit-unit stok,” kata Archied.
Program Promo Terpadu
Perseroan memiliki sejumlah rencana pengembangan proyek-proyek baru untuk meningkatkan penjualan. Namun demikian, Perseroan masih akan menunggu momentum terbaik dan adanya tren perubahan pasar untuk meluncurkan proyek-proyek baru tersebut.
“Tahun ini kami masih condong mempertahankan langkah konservatif untuk pengembangan baru, khususnya untuk proyek-proyek high-rise, seperti apartemen atau perkantoran. Kami perlu mencermati daya serap pasar, perubahan minat beli konsumen, hingga aspek pembiayaan perbankan. Tapi kalau untuk penjualan, kami akan lebih agresif lewat program-program promo yang menarik dan menguntungkan bagi konsumen maupun investor,” ujarnya lebih lanjut.
Perseroan juga telah meluncurkan program kampanye pemasaran bertema #LivingConnected sejak bulan Maret 2019. Program #LivingConnected merupakan gerakan kampanye untuk membangun kesadaran publik untuk meningkatkan kualitas hidup dengan tinggal di kawasan dekat transportasi publik, khususnya bagi warga di Jakarta dan sekitarnya.
Kehadiran beragam moda transportasi modern, seperti Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), maupun bus Transjakarta diyakininya membawa perubahan, seperti memudahkan konektivitas dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatdalam jangka panjang.
Perseroan berpartisipasi secara pro-aktif dan mengantisipasi dinamika tersebut dengan menghadirkan sejumlah produk propertihunian dan perkantoran terbaik yang dilalui jalur MRT maupun moda transportasi modern lainnya. Perseroan merasa adanya integrasi moda transportasi publik yang modern dan memadai, mutlak diperlukan masyarakat.
“Kami berusaha menjawab kebutuhan tersebut dengan menghadirkan proyek-proyek properti yang menawarkan kemudahan mobilitas dan konektivitas masyarakat dalam beraktifitas,” ujarnya lebih lanjut.
Menjadi bagian dari kampanye #LivingConnected, Perseroan meluncurkan program promo “Stay On The Blue Line”. Program ini memberikan penawaran spesial dan keunggulan properti-properti Intiland yang lokasinya dilintasi dan dekat dengan fasilitas MRT.
Terdapat tujuh pengembangan proyek Intiland yang lokasinya dilintasi atau berdekatan jalur MRT. Proyek-proyek tersebut meliputi kawasan perkantoran terpadu South Quarter, Poins Square, Serenia Hills dan South Grove yang lokasinya dekat stasiun Fatmawati dan Lebak Bulus. Sementara apartemen 1Park Avenue yang lokasinya tidak terlalu jauh dari stasiun Blok M.
Selain proyek-proyek tersebut, Perseroan juga mengembangkan Fifty Seven Promenade yang meliputi apartemen, perkantoran, dan ritel di kawasan Thamrin berdekatan dengan stasiun Bunderan Hotel Indonesia dan stasiun Sudirman. Pengembangan lainnya yakni gedung perkantoran Intiland Tower yang persis bersebelahan stasiun Bendungan Hillir.
“Lokasi proyek-proyek tersebut relatif dekat dengan stasiun MRT dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Ini akan menjadi investasi terbaik saat ini dan di masa depan,” ujar Archied.
Perseroan percaya kehadiran fasilitas MRT dan moda transportasi modern lainnya memberi pengaruh terhadap budaya dan kebiasaan serta mampu mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih teratur. Dari sisi investasi, proyek-proyek properti yang berdekatan dengan fasilitas transportasi publik memiliki ruang lebih lebar untuk mendapatkan peningkatan nilai dan investasi.
***