Jakarta, (30/10) – Pengembang properti PT Intiland Development Tbk berhasil mempertahankan kinerja pendapatan sepanjang triwulan III 2015. Berdasarkan hasil laporan keuangan perseroan sampai dengan 30 September 2015, perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha Rp 1.574,5 miliar, atau meningkat 21,5 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Archied Noto Pradono, direktur pengelolaan modal dan investasi Intiland mengungkapkan hasil penjualan dari proyek-proyek di segmen pengembangan mixed-use & high-rise memberikan kontribusi pendapatan usaha secara signifikan. Peningkatan tersebut terutama karena adanya pengakuan dari penjualan proyek 1Park Avenue, South Quarter, Aeropolis, Ngoro Industrial Park dan Serenia Hills.
Segmen pengembangan mixed-use & high rise masih menjadi kontributor pendapatan terbesar dengan kontribusi Rp824,6 miliar atau 52,4 persen dari keseluruhan. Kawasan perumahan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp418,6 miliar atau 26,6 persen. Kawasan industri memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp168,3 miliar atau 10,7 persen. Sementara, segmen properti investasi yang berasal dari penyewaan ruang perkantoran, lapangan golf, dan sarana olah raga, memberikan kontribusi senilai Rp163 miliar atau 10,4 persen.
Ditinjau berdasarkan tipenya, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi Rp1.411,5 miliar, atau 89,6 persen. Sementara pendapatan berkelanjutan (recurring income) memberikan kontribusi Rp163 miliar atau 10,4 persen dari nilai keseluruhan.
Kendati nilai pendapatan usaha meningkat, laba kotor perseroan mengalami penurunan sebesar 3,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp665,1 miliar. Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp256,8 miliar dan laba bersih Rp214,9 miliar.
“Menurunnya kinerja profitalibitas disebabkan belum maksimalnya kontribusi pendapatan dari kawasan industri dan naiknya beban operasional,” ujar Archied.
Archied mengakui sektor properti menghadapi tantangan cukup berat sepanjang tahun ini. Gejolak perekonomian global dan melemahnya nilai tukar mata uang rupiah memberikan tekanan bagi para pengembang properti, akibat risiko kenaikan biaya konstruksi dan melemahnya daya beli konsumen.
Pendapatan Penjualan
Perseroan di triwulan III tahun ini sukses meluncurkan proyek baru yaitu kondominium Graha Golf di Surabaya. Dari dua tower pertama yang diluncurkan, sebanyak 82,4 persen dari total unit tersedia berhasil dipasarkan dengan nilai penjualan mencapai Rp598,8 miliar. Pada periode yang sama Intiland juga memasarkan lahan industri di Ngoro Industrial Park seluas 9,9 hektar dan membukukan pendapatan penjualan sebesar Rp168,3 miliar.
Archied menilai kondisi pasar dan iklim investasi properti ke depan masih cukup berat. Namun demikian ada sinyalemen tren pemulihan mulai terjadi seiring terjadinya kestabilan perekonomian nasional dan keluarnya beberapa paket kebijakan yang positif dari pemerintah. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan adanya kejelasan peraturan perpajakan baru sangat membantu pelaku industri dalam merencanakan maupun mengantisipasi perkembangan di masa mendatang.
Perseroan hingga akhir September 2015 mencatatkan pendapatan penjualan (marketing sales) sebesar Rp 1.381,6 miliar. Pada periode Juli hingga September 2015, perseroan meraih pendapatan penjualan Rp884,8 miliar, naik hampir dua kali lipat dari raihan dua periode triwulan sebelumnya tahun ini. Kontribusi terbesar berasal dari hasil penjualan kondominium Graha Golf dan kawasan industri senilai Rp767,1 miliar.