Konektivitas dan Transportasi Publik Meningkatkan Kualitas Hidup dan Nilai Investasi
Jakarta (4/4) – Program pemerintah untuk menggencarkan pembangunan infrastruktur transportasi publik dinilai banyak pihak memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas. Demikian pula bagi masyarakat Jakarta dan kota penyangganya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) yang merasakan langsung hadirnya beragam moda transportasi publik modern, seperti Kereta Rel Listrik (KRL), bus TransJakarta, Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, hingga Mass Rapid Transit (MRT) Fase I Lebak Bulus – Bundaran HI yang beroperasi secara komersil mulai Senin, 1 April 2019.
Beragam moda transportasi publik modern ini memberikan manfaat nyata, bukan hanya mampu menciptakan konektivitas, efisiensi, dan meningkatkan produktivitas, tetapi ternyata juga meningkatkan nilai investasi kawasan. Dampak positif lainnya adalah terjadinya perubahan budaya dan gaya hidup masyarakat urban untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.
Demikian rangkuman pandangan dari sejumlah pembicara di acara media group discussion #LivingConnected yang membahas pengaruh positif dari ketersediaan fasilitas transportasi publik modern terhadap budaya masyarakat dan nilai investasi properti. Diskusi yang diselenggarakan PT Intiland Development Tbk (Intiland;DILD) ini menghadirkan dua pembicara yakni Direktur Pengembangan Bisnis Intiland Permadi Indra Yoga dan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, di South Quarter, Jakarta, Kamis (4/4).
Permadi Indra Yoga menjelaskan tema #LivingConnected merupakan sebuah program kampanye yang diangkat Intiland sebagai apresiasi terhadap beroperasinya fasilitas MRT baru-baru ini, serta upaya membangun kesadaran publik untuk peningkatan kualitas hidup. Hadirnya beragam moda transportasi modern ini diyakininya membawa perubahan, seperti memudahkan konektivitas dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang.
Sebagai pengembang properti, menurutnya, Intiland telah berpartisipasi secara pro-aktif dan mengantisipasi dinamika tersebut dengan menghadirkan sejumlah produk properti hunian dan perkantoran terbaik yang dilalui jalur MRT maupun moda transportasi modern lainnya. Ketersediaan fasilitas transportasi publik dinilai telah menjadi faktor kunci bagi sebagian besar masyarakat dalam memilih properti, seiring dengan munculnya kesadaran untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
“Integrasi moda transportasi yang modern dan memadai, mutlak diperlukan masyarakat. Kami berusaha menjawab kebutuhan tersebut dengan menghadirkan proyek-proyek properti yang menawarkan kemudahan mobilitas dan konektivitas masyarakat dalam beraktifitas,” ujarnya lebih lanjut.
Yoga menuturkan hampir seluruh proyek-proyek Intiland di Jakarta terhubung dan lokasinya berdekatan dengan jalur moda transportasi publik modern. Contohnya di jalur MRT Jakarta, Intiland memiliki empat properti terbaik yakni kawasan mixed use & high rise terpadu South Quarter (perkantoran, ritel, dan apartemen) di TB Simatupang, Fifty Seven Promenade (apartemen, perkantoran, dan ritel) di Thamrin, gedung perkantoran Intiland Tower di Sudirman dan Grand Whiz Poin Square di Lebak Bulus Jakarta.
“Rata-rata jarak tiap properti tersebut dari stasiun MRT terdekatnya kurang dari 500 meter, sehingga waktu tempuh berjalan kaki kurang dari 10 menit. Bahkan Intiland Tower Jakarta berada tepat bersebelahan dengan stasiun MRT Bendungan Hilir,” ungkapnya.
Pesatnya perkembangan infrastruktur dan fasiltas transportasi publik modern ini juga menjadi perhatian serius Ali Tranghanda. Sebagai pelaku pasar sekaligus pemerhati perkembangan properti, menurutnya, pembangunan infrastruktur transportasi menjadi stimulus pertumbuhan dan kemajuan sebuah kawasan.
Perubahan tersebut tidak lepas dari berkembangnya konsep Transit Oriented Development (TOD) secara terpadu, khususnya di wilayah Jakarta. Pengembangan konsep ini menciptakan konektivitas secara terpadu melalui beragam moda transportasi modern. Konsep TOD memiliki banyak keunggulan, termasuk mampu memperbaiki mobilitas masyarakat urban dan sub-urban.
“Peningkatan nilai properti turut ditentukan oleh ketersediaan fasilitas transportasi publik dan konsep pengembangannya. Semakin dekat dan mudah menjangkau fasilitas tersebut, maka nilai investasi properti yang berada di kawasan tersebut akan menjadi lebih tinggi,” kata Ali.
Ia mencontohkan, sejak konsep TOD dan rencana pengembangan infrastuktur transportasi modern mulai diperkenalkan, beberapa kawasan mengalami peningkatan harga properti cukup signifikan. Peningkatan nilai tertinggi didominasi kawasan Jakarta Selatan, seperti Lebak Bulus, Cilandak, dan Fatmawati.
Peningkatan nilai kawasan ini, menurutnya tidak luput dari munculnya persepsi positif masyarakat terhadap kemudahan akses transportasi dan ketersediaan fasilitas kehidupan. Ia mencatat ada sembilan faktor keunggulan dari konsep TOD antara lain mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, kemudahan mobilitas, menciptakan aksesbilitas dari wilayah urban dan sub-urban, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Meningkatkan Kualitas Hidup
Salah satu kisah klasik warga Jakarta dan sekitarnya adalah kemacetan yang membuat “tua di jalan”. Sebagaimana catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2007, kemacetan berdampak pada menurunnya produktivitas dan kualitas hidup warga kota. Waktu untuk beristirahat dan bercengkrama bersama keluarga dan sahabat semakin berkurang karena masyarakat harus bergegas setiap pagi dan baru pulang ketika malam menjelang.
Permadi Indra Yoga dan Ali Tranghanda optimis pembangunan transportasi publik yang digenjot pemerintah dapat meningkatkan kualitas hidup, terutama dengan terpangkasnya waktu yang dihabiskan di perjalanan. Beroperasinya MRT akan memberi warna baru bagi kehidupan warga kota, terutama bagi mereka yang tempat tinggal atau kantornya terhubung dengan jaringan MRT.
“Waktu yang dihemat itu memberikan keleluasaan untuk membangun quality of life. Kita akan mempunyai waktu lebih untuk keluarga, menekuni hobi, hingga untuk bersekolah lagi,” kata Yoga lebih lanjut.
Menurutnya, kini konsumen harus mempertimbangkan kemudahan akses dari dan menuju transportasi publik dalam memilih properti. Pada sisi lain, pertimbangan ini juga berlaku bagi perusahaan-perusahaan dalam memilih lokasi kantornya.
“Pilihannya, mau punya pegawai yang ceria dan banyak senyum; atau yang pagi-pagi sudah kusut dan nggak segar karena macet? Bayangkan jika Anda bekerja di Thamrin dan tinggal di Cipete, sepulang kantor Anda bisa naik MRT dari Bundaran HI lalu berhenti di Istora untuk berolahraga di Gelora Bung Karno (GBK) selama satu jam. Jika rutin dilakukan sebelum melanjutkan perjalanan pulang dari kantor, otomatis kesehatan semakin membaik,” ujar Yoga.
Kehadiran MRT dan moda transportasi modern lainnya pun diperkirakan akan mampu mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih teratur. Perubahan tersebut mungkin tidak secara langsung terjadi, tetapi memerlukan waktu karena berkaitan dengan hal yang sangat mendasar seperti kebiasaan dan budaya masyarakat.