Jakarta, (28/03) – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland) berhasil meningkatkan kinerja usaha di tahun 2013. Pengembangan proyek-proyek baru, ekspansi proyek yang sudah berjalan dengan segmentasi pasar yang tepat menjadi kunci meningkatnya hasil kinerja keuangan secara signifikan di tahun 2013.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2013, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp323,71 miliar, melonjak sebesar 78,53 persen dari tahun lalu sebesar Rp181,32 miliar. Melonjaknya laba bersih disebabkan naiknya pendapatan dan adanya keuntungan dari pembelian entitas anak.
Archied Noto Pradono direktur pengelolaan modal dan Investasi Intiland mengungkapkan bahwa perseroan berhasil mempertahankan tren pertumbuhan kinerja operasional kendati kondisi makro ekonomi dan industri properti secara umum mengalami tekanan semenjak pertengahan 2013. Kebijakan baru mengenai LTV (loan to value) dari Bank Indonesia, kenaikan suku bunga, dan nilai tukar rupiah yang menurun terhadap US dolar, menjadi salah satu faktor negatif bagi pertumbuhan industri.
“Kondisi makro perekonomian cukup menantang. Tapi dengan segmentasi produk dan ditunjang strategi pemasaran yang tepat, kami cukup berhasil menjaga pertumbuhan,” kata Archied lebih lanjut.
Archied menilai kebutuhan masyarakat terhadap produk properti baik perumahan, apartemen, perkantoran, industri, dan perhotelan masih akan terus meningkat. Tren ini ditunjukkan dengan naiknya nilai pemasaran di semua segmen usaha perseroan. Intiland di tahun 2013, berhasil membukukan marketing sales sebesar Rp2,53 triliun, melonjak sebesar 53,3 persen dari tahun 2012 sebesar Rp1,65 triliun. Jumlah tersebut 15 persen lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan perseroan sebesar Rp2,2 triliun.
Perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,51 triliun, atau melonjak 19,65 persen dibandingkan perolehan tahun 2012 yang mencapai Rp1,26 triliun. Dari jumlah tersebut, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi sebesar Rp1,34 triliun atau 88,74 persen dari jumlah seluruh pendapatan. Sementara, kontribusi pendapatan berkelanjutan (recurring income) memberikan kontribusi 10,9 persen yang nilainya mencapai Rp165,55 miliar.
“Kontribusi pendapatan berkelanjutan memang belum terlalu besar. Tetapi kami punya target untuk terus meningkatkan kontribusinya di tahun-tahun mendatang, terutama dengan bertambahnya gedung perkantoran dan perluasan jaringan hotel Intiwhiz,” kata Archied.
Ditinjau dari segmentasi produk, kontribusi pendapatan terbesar masih berasal dari penjualan kawasan perumahan (township & estate) sebesar Rp610,81 miliar atau 40,45 persen dari total pendapatan. Segmen mixed-use & high rise menjadi kontributor terbesar kedua senilai Rp547,97 miliar atau 36,29 persen. Kontributor berikutnya berasal dari segmen kawasan industri yang tercatat memberikan kontribusi Rp283,16 miliar atau 18,75 persen.
Sementara pendapatan dari pengelolaan lapangan golf dan sarana olahraga memberikan kontribusi sebesar Rp44,55 miliar atau 2,95 persen. Segmen hospitality yang berasal dari pengelolaan jaringan hotel Intiwhiz memberikan kontribusi sebesar Rp24,52 miliar atau 1,62 persen.
Potensi Pertumbuhan
Perseroan memproyeksikan tahun 2014 menjadi tahun yang cukup menantang bagi pertumbuhan industri properti nasional. Namun demikian, manajemen Intiland optimistik akan mampu mempertahankan tren pertumbuhan usaha seiring membaiknya kondisi perekonomian serta iklim investasi nasional.
Archied menjelaskan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi kunci untuk menjaga pertumbuhan usaha secara berkelanjutan. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan fokus dalam pengembangan proyek baru dalam skala besar dan jangka panjang. Pengembangan proyek mixed-use & high rise akan menjadi prioritas perseroan di masa depan.
Di tahun 2014 perseroan akan memulai pembangunan beberapa proyek antara lain apartemen 1Park Avenue di Jakarta dan Praxis di Surabaya. Perseroan juga terus melakukan ekspansi dari proyek yang berjalan seperti Aeropolis, proyek pengembangan mixed-use yang berlokasi di dekat bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Untuk membiayai pengembangan tersebut perseroan mengalokasikan belanja modal (CAPEX) tahun 2014 sebesar Rp1,8 triliun hingga Rp2 triliun. Dana tersebut akan dialokasikan sebesar 79 persen untuk pengembangan proyek mixed-use & high rise. Alokasi berikutnya adalah segmen kawasan perumahan sebesar 14 persen, kawasan industri sebesar 3 persen, dan hospitality sebesar 4 persen. Alokasi belanja modal tersebesar antara lain untuk pengembangan proyek South Quarter, 1Park Avenue, Praxis, Aeropolis, dan kawasan perumahan Graha Natura.
“Pengembangan mixed-use & high rise bisa menjadi solusi mengatasi kendala lahan untuk pengembangan proyek-proyek besar di lokasi strategis di tengah kota,” kata Archied.
Archied mengungkapkan tahun ini Intiland menyiapkan beberapa pengembangan proyek baru di Jakarta dan Surabaya. Perseroan juga melakukan ekspansi pada proyek yang sudah berjalan seperti Ngoro Industrial Park di Jawa Timur, kawasan perumahan Talaga Bestari Tangerang, dan Serenia Hills Jakarta.
Pada segmen pengembangan hospitality, perseroan terus menambah jumlah jaringan hotel Intiwhiz. Tahun ini perseroan merencanakan untuk membuka tujuh hotel baru antara lain di Jakarta, Balikpapan, Manado, Cikarang, dan Bogor.